Keterangan Foto: Pelantikan pengurus Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta di Masjid Al Barkah As-Syafi’iyah Jakarta. (foto: suara islam)
Deklarasi Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta Dihadiri Ribuan Jamaah
Syiah merupakan aktor non state yang berusaha merubah suatu negara menjadi provinsinya Iran. Seperti, terjadi di Lebanon. Syiah Hizbullah menjadikan Lebanon sebagai provinsinya Iran.
“Syiah ancaman nyata terhadap NKRI,” lontar Dr. Abdul Chair Ramadhan Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat saat berorasi pada pelantikan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta, di Masjid Al Barkah As-Syafi’iyah, Jl. Balimatraman, Tebet, Jakarta Selatan, pada Ahad (25/10).
Pelantikan sendiri, secara resmi dibacakan oleh perwakilan ANNAS Pusat, Tardjono Abu Muas. Dalam deklarasi itu, Habib Buya Abu Bakar Zein al Habsyi diamanatkan sebagai Ketua Umum ANNAS DKI Jakarta.
Sejumlah tokoh juga memberikan orasi keagamaan sebelum pelantikan di mulai. Dalam pantauan Kiblat.net, tercatat Sekjen FUI M.Al Khaththath, M Thalib, Ustadz Farid Okbah, Ustadz Abu Jibril, Munarman, Abdul Chair Ramadhan, KH. Athian Ali M. Da’i, Lc. MA, Thabrani, HM Rizal Fadhilah serta beberapa tokoh lainnya berbicara di atas mimbar.
Sebelum pelantikan dimulai, ulama Betawi, KH. Abdul Rasyid Syafii selaku tuan rumah acara memberikan pengarahan kepada umat Islam. Kiyai Rasyid membekalkan keutamaan berjuang menolong agama Allah. Karena, Allah pasti akan menolongnya kembali. Serta pentingnya menghidupkan agama ketika zaman dalam kehancuran.
“Barangsiapa menghidupkan sunnah ketika umat rusak akan diganjar dengan 70 pahala syahid,” cetusnya menyitir sebuah hadis.
Sementara itu di hadapan jamaah, M Thalib dari Majelis Mujahidin menyebut tiga nama tokoh Indonesia yang telah berbaiat kepada Khomaini pada tahun 1981. Satu orang adalah teman ustadz Thalib dan dua orang merupakan guru bahasa Arabnya. Tiga orang itu adalah Husen Al-Habsyi (Yapi Bangil Jawa Timur), Amien Rais (Jogjakarta), dan Abdullah bin Nuh (Bogor, penulis kamus Arab-Indonesia).
Syiah Bukan Sekte Kecil, Mereka Punya Jaringan Internasional
KIBLAT.NET, Jakarta – Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Dr. Abdul Chair Ramadhan menegaskan bahwa gerakan Syiah ditopang oleh negara Iran. Apa yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia bukan sekedar sekte keagamaan kecil. Tapi, memiliki jaringan internasional.
“Bila bicara Syiah tidak bisa dipisahkan dengan Iran. Mereka ibarat dua sisi mata uang,” katanya saat berorasi pada pelantikan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) DKI Jakarta, di Masjid Al Barkah, Jl. Balimatraman, Tebet, Jakarta Selatan, pada Ahad (25/10).
Di Timur Tengah sendiri, kata Abdul Chair, gerakan Syiah bekerja dengan sangat sistematis dan masif untuk mewujudkan revolusi.
Sementara, Iran yang merupakan penganut resmi sekte Syiah Imamiyah atau Rafidhah. Ternyata, mengendalikan pula semua sekte Syiah lainnya seperti, Ismailiyah, Bathiniyah Zaidiyah, Nushairiyah, dan lain sebagainya.
“Semua sekte Syiah dikendalikan secara komando oleh Iran,” cetus anggota MIUMI itu.
Abdul Chair mengaku khawatir dengan perkembangan Syiah di Indonesia, sebab Syiah di beberapa negara selalu menimbulkan konflik. Sebagaimana, saat ini terjadi di Suriah, Iraq, Lebanon, dan Bahrain.
“Semua negara yang tidak kondusif dan terjadi suasana revolusioner, pasti di sana ada Syiah yang bermain,” bebernya.
Di Indonesia, lanjutnya, Syiah juga pernah melakukan serangan teror. Pada zaman orde baru, dengan dipimpin aktivis Syiah bernama Ibrahim Jawad. Kelompok Syiah pernah mengebom gereja dan Candi Borobudur.
“Jadi, terorisme pertama di Indonesia dilakukan oleh Syiah dengan dukungan Iran,” ungkap peneliti Syiah itu.
Abdul Chair berpendapat, Syiah merupakan aktor non state yang berusaha merubah suatu negara menjadi provinsinya Iran. Seperti, terjadi di Lebanon. Syiah Hizbullah menjadikan Lebanon sebagai provinsinya Iran.
“Syiah ancaman nyata terhadap NKRI,” lontar Abdul Chair sembari menegaskan bahwa penelitiannya dilakukan secara empiris dan menggunakan data pembanding.
Reporter: Bilal Muhammad
Editor: Fajar Shadiq/kiblat.net
(nahimunkar.com)
Post A Comment:
0 comments: